SUPERNATURAL-FANFIC Part 3 "A Very Special Night With Super Unnatural."




SUPERNATURAL-FANFIC

(Part 3)

“A Very Special Night With Super Unnatural”
Written by: Junita K
Created Date: June 11st, 2013
Air Date: June 12th, 2013

Chapter One.

Matahari pagi bersinar, Kegelapan mulai tertutupi oleh pancaran cahaya langit yang kemerahan.
Kesunyian mulai dihiasi dengan keramaian lalu lintas. Suara ayam jantan mulai terdengar.
Pagi ini, seperti biasa, tidak ada yang begitu special. Mengawali hari dengan setumpuk masalah-masalah yang tidak akan pernah ada ujungnya.

Seperti biasa, Khayla adalah orang pertama, yang akan selalu duduk di kursi ruang tamu sambil membaca buku-bukunya. Teh hangat yang masih penuh dicangkirnya masih saja tergeletak diam sambil mengeluarkan uap hangat.
Dean muncul, tanpa harus melakukan apa-apa, Khayla tetap saja terfokus kepada buku-bukunya.

“Hm, Dimana Sam?” Tanya Dean sambil mengusap-usap matanya.
“Masih tidur, mungkin. Aku belum melihatnya dari tadi.” Seraya membuka lembaran baru dibukunya.

Dean terdiam, memerhatikan Khayla yang sedang asyiknya membaca buku tanpa memerdulikan dirinya.

“Kamu nggak tidur ya?” Tanyanya dengan nada ketus

Memang beberapa hari ini, terkadang Dean tanpa sengaja memergoki Khayla ‘berkeliaran malam-malam’ diruang tamu atau kamar tidurnya, dan seperti biasa, Dean akan selalu menemukannya di ruang tamu di pagi hari, dengan membaca buku.
Dengan sigap Khayla menutup bukunya, dan lalu memerhatikan Dean.

“Dean, aku rasa kau butuh ‘Mandi’ sekarang juga.” Jawabnya menantang.
“Oh, Iya. Tentang itu, aku rasa kamu ada benarnya juga. Okay, aku kabur dulu ya.” Dalam sekejap Dean sudah berlari menuju Kamarnya.

“Orang itu, Aneh.” Sambil mengambil bukunya dan meneruskan membaca.

Kesunyian mulai terasa lagi, sampai pada saatnya, Sam datang dengan tampang ‘Rapih’ nya sambil membawa Laptop dan kopi hangat ditangannya.

“Well, Sam. Ternyata kamu sama Abang kamu, Bagaikan langit dan Bumi.” Serunya sambil menutup buku dan menyunggingkan senyuman.

Sam duduk, membuka laptopnya dan terdiam beberapa saat.

“Apa ada yang salah denganku?” Tanya Sam heran
“No, Nothing. So, bagaimana perkembangan dengan rencana “Those Suckers”?
“Mm, about that, kita belum menemukan hal-hal yang aneh sih, But, kita harus tetap waspada, Metatron itu jahatnya belum diketahui seberapa parah, So, until now, kita fokus sama hal-hal apa aja yang bisa kita lakukan dulu.”

Sam terpaku kepada laptop-Nya, seperti biasa mencari-cari ‘Ular’ didalam sarang yang gelap dan kotor, terutama selokan.
Suara air keran yang dimatikan dari kejahuan terdengar, Wangi mint dengan aroma yang segar memenuhi udara. Dean keluar dari kamar mandi, dengan ditutupi handuk di pinggangnya, Ia melangkahkan kaki-kakinya yang basah keruang tamu.

“Serius deh, Dean?” Serunya dengan nada heran
“Apa?” Tanya Dean dengan Nada yang seolah-olah tidak tahu
“Ada seorang Gadis disini, dan kamu keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan Handuk dipinggangmu?”
“Okay-Okay.” Jawabnya dengan nada kesal sambil berjalan menuju kamarnya.

Chapter Two.

Dean berjalan melawan arus tanpa henti-hentinya sambil menggerutu.

“Ayolah, Dean. Lagi pula aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya, Aku tidak mau hanya meyusahkan kalian saja dengan duduk-duduk disini seperti orang Bodoh.” Seru Khayla dengan nada memohon

Dean tetap menggerutu sambil berjalan mondar-mandir, dan Sam tetap terfokus pada Laptop-Nya sampai pada akhirnya Ia memerhatikan Dean dan Khayla.

“Dean...” Ucap Sam
“Sam, jangan bilang kamu juga setuju dengan ide gila anak ini,” Jawab Dean dengan nada kesal

Dean mendekat, duduk berhadap-hadapan dengan Khayla dan disisi lainnya, Sam.

“Dengar Khayla, kamu bisa selamat dari masalah yang kemarin aja itu keajaiban, Dan sekarang ini lagi, kamu mau bunuh diri? Kalau kamu mau mati, matilah dengan damai.” Ucap Dean dengan nada ketus.
“Dean, aku tahu kamu khawatir dan peduli sama anak ini, tapi kamu nggak bisa ngurung dia terus-terusan seperti ini, cepat atau lambat, Mereka akan menemukan dia, dan apa yang kita lakukan? Melindunginya? Bukan, Dean. Ini namanya kita ‘Membunuhnya’ perlahan-lahan. Dia butuh perlindungan Dean, dan inilah saatnya.” Jawab Sam
“Tapi, Sam, Aku nggak bisa biarin anak ini jadi bagian dari dunia kejam ini.”
“Dean, aku ngerti perasaan kamu, Dia memang masih kecil, tapi, mau tidak mau, kita harus ngelakuin ini demi kebaikan Khayla, Dean.”
“Ah, Yasudahlah.” Jawab Dean Pasrah.
“Thank you, Dean, and you too Sam.” Sambung Khayla sambil tersenyum.
“Jangan berterima kasih, Aku baru saja menghancurkan hidup normalmu, So, mulai sekarang kamu harus selalu waspada.

Dean kembali kepada muka kesalnya, mencoba menerima keputusan Khayla yang ingin membantunya dan Sam dalam menghadapi semua masalah-masalah yang menyebalkan ini, Dean sempat menolak bukan karena Dia merasa Khayla itu ‘Perempuan’ ataupun ‘Anak kecil’ tapi Dean hanya tidak ingin membuat kehidupan Khayla menjadi hancur karena pekerjaan seumur hidup ini.
“Sekali kau memasuki labirin ini, sampai kapanpun, kau tidak akan pernah akan bisa keluar ataupun menemukan ujungnya.”

Khayla tentu saja sudah mengerti apa maksud Dean mengenai hal itu, tapi inilah, keputusan Khayla. Dia gadis perantau, yang rumahnya di negeri antah-berantah, dan kini ia menetap bersama Dua orang pemburu, yang baru beberapa minggu ini dia kenal. Dean dan Sam pun sempat berfikir-fikir, mengapa mereka mau menerima Gadis ini bergabung dan tinggal bersama mereka. Apa karena mereka kasihan? Atau sebagai tanda terima kasih karena telah menyelamatkan hidup mereka? Atau karena mereka takut akan terjadi hal yang buruk terhadap anak ini? Tentu saja bukan. Apapun itu, itu lebih besar dari pada semua asumsi mereka ini, Hanya saja, mereka rasa, mereka sudah benar-benar mengenal anak ini. Mereka merasa nyaman dengan keberadaan Khayla disini, Rasa kebersamaan seperti keluarga mulai muncul kembali didalam benak mereka.

Sambil mengingat-ingat apa yang terlupa olehnya, Khayla mulai menggerutu sendiri. Suara ketikan dari Laptop Sam dan Dean yang sedang membaca koran mulai menyulitkan Khayla.

“Oh, Iya!” Seru Khayla sambil berdiri lalu berjalan kepojokan mengambil sesuatu.
“Ada apa?” Melihat kearah Khayla yang membawa beberapa koran kerahnya.
“I’ve already found some case.” Tersenyum kegirangan.
“Already? What are you? James bond?” Berjalan sambil mendekati Khayla dan mengambil koran tsb.
“No, just me.”
“Tunggu dulu, Semenjak kapan kamu menjadi begitu tertarik dengan berburu?”
“Well, setelah apa yang terjadi beberapa minggu ini dengan kehidupanku, aku fikir aku mengerti. And btw, tadi malam aku membaca beberapa cerita yang menarik di Internet. It’s called SUPERNATURAL. So, Tell me something I didn’t know.” Ejek Khayla

Dalam seketika ekspresi Sam dan Dean terpaku, seperti mereka baru saja tertimpa besi yang beratnya lebih dari 50 Ton, Diam tanpa bersuara, Tampak secercah nada kesal keluar dari mulut Dean, Sam mulai menyandarkan bahunya yang tadinya berdiri tegak dibangku menuju ke kepala bangku. Dean seketika langsung duduk dan membiarkan kepalanya jatuh diatas meja kayu.

“Great...” Ketus Sam
“I hate my life...” Ucap Dean sambil menjatuh-jatuhkan kepalanya di atas meja
“Yeah, and you just say it.” Khayla menahan tawanya

Khayla hanya bisa menahan tawanya yg hampir meledak, dan membiarkan tawanya hilang ditelan waktu.

“So, The case?” Khayla memecah keheningan
“Right, the case...” Dean bangun dari keterpurukannya, dan mulai membaca koran yang diberikan Khayla kepadanya.
“Jadi, di Dallas disebuah Villa, ditemukan dua orang mayat yang dua-duanya meninggal dengan kondisi yang sama. Tenggelam dibelakang sumur, belum jelas alasan mengapa ini bisa terjadi, tapi para saksi bilang, sebelumnya mereka sempat melihat dua orang yang meninggal ini sebelum mereka meninggal, mereka bersama orang yang, sudah dipastikan, meninggal puluhan tahun yang lalu.”
“Terdengar seperti tidak wajar.” Ujar Dean
“Yah, dan dua orang yang meninggal ini adalah murid di sekolah menengah. Sekolah mereka sedang mengadakan acara perpisahan, dan menginap di Villa ini untuk beberapa hari, sampai sekarang.”
“So, How do we get start it?” Tanya Sam
“Aku punya beberapa ide yang bagus.” Senyum kemenangan Dean terlihat

Chapter Three.

Khayla meringis, Dengan gigi-gigi taringnya yang terlihat tajam dan mukanya yang tampak kesal, Ia pun sudah terlihat seperti seorang monster yang sudah siap untuk menerkam mangsanya.

“Is this really necessary?” Tanya Khayla kesal

Dari kejauhan Dean tampak tersenyum girang, dengan Sam yang berada dipihaknya.

“Guys?” Eluh Khayla
“What? You really look awesome with that shirt. Lagi pula kapan lagi coba, ngelihat kamu pakai baju anak sekolahan dan gabung bersama mereka, hehe.” Ejeknya sambil tersenyum lebar.
“Iya, tapi nggak ada ide yang lebih bagus lagi apa? Masa aku harus nyamar jadi murid untuk masuk ke Villa itu dengan menggunakan pakaian konyol seperti ini sih? Nggak asik ah!”
“Mereka sedang mengadakan acara perpisahan Khayla, dan pasti orang luar tidak akan diizinkan untuk masuk, Lagi pula ini juga tidak akan lama, semakin cepat kita mengetahui penyebabnya, semakin cepat masalah ini akan selesai. Dan kau juga kelihatan cocok sekali dengan pakaian itu.” Jawab Sam lembut sambil menyunggingkan senyumannya.
“Aku benar-benar terlihat bodoh dengan pakaian ini.” Ucap Khayla dengan nada kesal.

Dean menghampiri Khayla sambil menenangkannya dengan tawa kecilnya.

“Tenang saja, Kiddo. Kau akan jadi penyamar yang keren, Aku jamin.” Ucap Dean sambil menahan tawanya.
“Okay, then” Kata Sam sambil kembali duduk dan berhadapan bersama Laptop-Nya
“Lalu bagaimana dengan kalian?” Tanya Khayla
“Kami akan menyamar menjadi panitia acaranya, dan akan berusaha memasukanmu kedalam anggota.” Jawab Dean
“Okay, Aku akan mencobanya sekarang.” Lanjut Sam
“Well, sementara Sam memproses penyamaran kita, Aku ingin mengujimu.”

“Mengujiku?”
“Yeah, kau kan sekarang sudah berada di dalam jalur “Red Line” dan aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kepadamu, jadi kita akan tingkatkan keamanan mu.”
“Keamananku? Bagaimana?”
“Pertama kita akan uji dulu seberapa jauh pengetahuanmu sebagai Junior Hunter,
Pertama, Apa yang akan kau lakukan jika bertemu Demon? Clue nya saja okay.”
“Devil’s Trap, Holy Water and An Exorcism?” Jawabnya antara yakin dan tidak.
“Try the spell.”
Exorcizamus te, omnis immundus spiritus, omnis satanica potestas, omnis incursio infernalis adversarii, omnis congregatio et secta diabolica. Ergo, draco maledicte. Ecclesiam tuam securi tibi facias libertate servire, te rogamus, audi nos.
“Well, Spell to change water to Holy water?”
"Exorcizo te creature acquae in nomine Deo, patris omnipotentis et in virtute Spiritu Sancti."
“Ghost?”
“Salt, Circle, Iron, and Garlic.”
“Garlic? What are you, a Vampire? Ghost isn’t a Vampire, Khayla.”
“Iya, tapi, dibeberapa negara, It’s really work.”
“What country?” Tanya Dean dengan nada heran
“I didn’t know, Indonesia?”
“Whatever. Angel?”
“Sigil?” Jawab Khayla ragu-ragu.
“Blood sigil, Yeah. Okay, Selanjutnya, Ini.” Mengeluarkan pistolnya
“A gun?”
“Apa kau tahu cara menggunakan ini?”
“Well, aku nggak begitu mengerti bagaimana caranya menggunakan benda itu, tapi...”

Khayla melihat sebuah pedang tergeletak dimeja, lalu mendekati dan mengambilnya.

“...Tapi aku tahu bagaimana cara menggunakan benda yang satu ini...” Lanjutnya
“Pedang? Really?” Dean mengambil pedang yang lainnya.
“...Kalau begitu kau berhadapan dengan orang yang tepat. Shall we?”

Khayla dan Dean mulai berhadapan satu sama lain dengan pedang mereka masing-masing. Khayla memulai pertarungan. Dean mulai terpojok karena kecepatan gerakan bilah pedang Khayla yang begitu cepat, hingga tak terlihat. Langkah demi langkah dilalui. Khayla berada didepan Dean, terus mengambil langkah kedepan, Dean berada di depan Khayla, dan selalu mengambil langkah mundur. Hingga pada akhirnya, Dean jatuh, pedangnya berada jauh disampingnya, Khayla berdiri berada diatasnya sambil mengacungkan pedang dilehernya.

“Tahukah kamu seberapa tajam pedang ini?” Tanya Khayla sambil tersenyum kemenangan.
“Cukup tajam.” Jawab Dean dengan nada mengalah
“Sangat, Tajam. Bahkan pedang ini bisa menembus tiga orang sekaligus yang berada didepannya.” Ejek Khayla
“Well, not bad.”
“...And not so much from some amateur.” Lanjut Khayla mengejek
“What?”
“Can you guys, Stop duel?” Seru Sam dengan nada kesal

Dean sentak terbangun dengan wajahnya yang ditekuk, dan Khayla memasukan pedangnya kedalam sarung pedang. Lalu kemudian mereka berdua berbicara secara bersamaan.

“ Shut Up, Sam!” Ucap Dean
“I’m not a “Dude” Sam!” Ucap Khayla

Sam menunjukan ekspresi “Really?” Nya. Lalu kemudian kembali ke Laptop-Nya.

“Okay, We’re in.” Sam menutup Laptopnya dan lalu bersiap-siap.
“Kita pergi sekarang?” Tanya Khayla
“Yeah.”
“Wow, You’re fast.” Ucap Dean
“...And btw, Khayla. Kamu nggak boleh menuggunakan pedang dimuka umum, orang-orang akan mengira kamu “Rada-Rada” So, kamu nggk punya pilihan lain selain Pistol. Kamu bisakan?” Tanya Sam
“Well, I’ll try.”
“Okay, then. Kita nggak punya banyak waktu, karena acaranya akan segera mulai, akan aneh kalau orang-orang melihat kita terlambat, mereka bisa curiga. So, ayo kita pergi.” Pergi meninggalkan Dean dan Khayla.
“This.” Dean memberikan pistolnya ke Khayla, lalu Khayla pun mengambilnya.
“Hati-hati dengan benda itu, Okay.”
“Okay.”
“Ayo.”

Chapter Four

Sam, Dean dan Khayla akhirnya sampai ditempat tujuan. Villa tua di kota Dallas ini, memang sangat disukai oleh para wisatawan, bukan hanya karena tempatnya yang klasik tapi juga karena pemandangannya yang begitu indah dan menyejukan.

“Okay, kita menyebar disini.” Sam pergi terlebih dahulu
“Okay, show time.” Dean pun menyusul.

Khayla dengan pakaian yang menurutnya ‘Aneh’ menguatkan kaki-kakinya untuk berjalan menuju kamarnya.
Keramaianpun bergejolak, Suara tawa, Larian, Nyanyian, mengisi kesunyian didalam salah satu Villa khusus perempuan ini.
Tok-Tok-Tok
Suara ketukan pintu yang dibuat oleh Khayla

“Oh, silahkan masuk.” Ucap lembut seorang gadis mempersilahkan masuk
“So, kamar kamu disini?”
“Mm, I guess so.”
“Oh iya, aku belum memperkenalkan diriku. Nama aku Michels, Alicia Michels. Kamu boleh panggil aku Aly.” Sambil menyunggingkan tangannya.
“Panggil aja aku Khayla.” Tersenyum
“So, I guess we roommate ‘hah?”
“Yeah, I think so.”
“Welcome.”
“Thank you.”

Suara teriakan dan tawa makin bergejolak, Khayla tetap terfokus dengan barang-barangnya.

“He’s Here!” Suara seorang gadis berteriak dari kejauhan

Suara anak-anak perempuanpun makin menggila, membicarakan seseorang.

“Crazy isn’t it?” Tanya Aly tiba-tiba.
“Who’s here?”
“Aku juga nggak tahu, sepertinya mereka semua sedang membicarakan salah satu panitia acara yang katanya Sexy dan Tampan gitu deh, hehe, Aneh.”
Sekejap Khayla berfikir mungkin itu bisa jadi Sam, atau Dean.
“Oh, iya, acara sebentar lagi sudah mau dimulai, Kamu mau pergi bersama ku?”
“Hm, kamu duluan aja. Nanti aku nyusul, lagi pula aku ingin kekamar kecil sebentar.”
“Okay, aku duluan ya.” Pergi
“Iya.”

Khayla pun mulai berjalan menuju kamar kecil yang berada di penghujung Villa khusus perempuan ini. Kesunyian mulai menyelimuti karena beberapa para murid perempuan disini sudah berkumpul di Aula acara, walaupun memang masih ada beberapa orang yang masih belum bergegas pergi. Khayla terus menelusuri lorong demi lorong. Sampai pada saatnya, ia berhenti sejenak. Mendengarkan sebuah pembicaraan dua orang gadis didalam kamar yang membuatnya tertarik.

“...Iya sih katanya begitu, Sumur yang dibelakang Villa kita ini, sangat angker. Kamu kan juga tahu, kemarin ada yang meninggal disana. Katanya sih dulu, sumur itu, banyak orang yang meninggal secara mengenaskan disitu.”
Tiba-tiba seseorang memegang pundak Khayla dan membuatnya kaget.

“Khayla?”
“Sam? What are you doing in here? Kamu hampir aja bikin copot jantung aku tau.” Jawabnya dengan nada kaget
“Um, sorry. Btw, kamu ngapain disini? Acaranya udah mau dimulai.”
“Sam, aku tahu Sumur itu dimana.”
“Dimana?”
“Dibelakang Villa ini, Kita harus ngecheck sumur itu sekarang Sam.”
“Okay, but, kita nggak punya banyak waktu, so, Ayo.”

Khayla dan Sam pun akhirnya pergi kebelakang Villa, dengan memegang IMF, Sam berjalan didepan Khayla.

“Tempat ini, hancur sekali.”
“Becek pula, parah.” Ujar Sam dengan nada kesal.
“Any sign?”
“Very, IMF going nuts. Dan, Dingin!!!”  Jawab Sam sambil mengetatkan Sweaternya.
“So, this place really-really haunted ‘huh? Then, how do we end it?”

Suara kepakan sayap terdengar dari kejauhan.

“You can’t.”

Suara seorang lelaki memecah keheningan dari belakang Sam dan Khayla

“Camael?” Ucap Sam kaget
“Camael, what are you doing in here?”
“Sama seperti yang kalian lakukan disini juga.” Jawab Camael sambil mendekati.
“Semenjak kapan Archangel peduli dengan hal-hal seperti ini?” Tanya Sam
“We don’t.”
“And why?” Tanya Khayla
“It’s more bigger that some ghosts.”
“Meaning?” Tanya Khayla masih tak mengerti
“It’s not some ghosts. It’s not some angry spirits. It’s souls.”
“Souls? Souls can kill people?” Sam mendekati Camael
“Mereka nggak bisa, Tapi ada seseorang yang mengendalikan mereka, dan menjadikan mereka Angry Spirits.”
“Tapi siapa?” Tanya Khayla
“Abaddon.”
“Abaddon? Why?” Tanya Sam heran
"Who's Abaddon?" Tanya Khayla
"One of Knights Of Hell. Nanti akan aku jelasin ke kamu." Jelas Sam
“Abaddon ingin menggunakan Souls untuk mendapatkan lebih banyak Souls, dan dia mengubah Souls yang sudah Ia dapatkan menjadi Angry Spirits, bukan hanya untuk mendapatkan lebih banyak Souls, tapi Abaddon akan menjadi lebih kuat jika bagian dari Souls yang sudah menjadi satu dengannya menjadi Angry Spirits, dan memakan Soul yang lainnya.”
“Kenapa Abaddon menginginkan begitu banyak Souls?”
“Dia tahu, kalau tempat ini penuh dengan Souls yang terperangkap, dan dia ingin menggunakan Souls yang terperangkap ini menjadi miliknya.”
“Apa kamu tahu untuk apa Abaddon melakukan ini semua?” Tanya Sam
“Well, aku belum begitu tahu, karena mungkin dia The Last Abaddon, mungkin dia membutuhkan Souls untuk tetap bertahan dan kuat, Apapun itu, itu tidak bagus, dan harus dihentikan.”
“Tapi bagaimana?” Tanya Khayla
“Camael, kau salah satu Archangel, kau tahu cara untuk memusnahkannya.” Ujar Sam
“Ya, dan aku juga sedang mencobanya, hanya saja, dia terlalu licik. Dia berhasil lari dari pengintaianku.”
“Lalu, bagaimana sekarang?”
“Aku akan berusaha untuk membebaskan para Souls yang terperangkat, Kau dan Sam cobalah untuk mencarinya.”
“But how? It could be everyone.”  Tanya Sam
“Ini.” Camael mengeluarkan benda kecil yang berbentuk Panah dan Busur, lalu kemudian Panah dan Busur itu menjadi besar.
“Gunakan Panah ini, jika kau melihatnya, Panah ini bisa menghentikannya sejenak. Panah dan Busur ini bisa mengecil dan akan membesar jika dibutuhkan. Abaddon akan menunjukan matanya jika berdekatan dengan Panah dan Busur ini. Take it.”

Khayla mengambil Panah dan Busur milik Camael, dan lalu Panah dan Busur tsb mengecil.

“Just hurry up okay. Find her.”
“We will.” Sam dan Khayla pun pergi meninggalkan Camael sendirian.

Chapter Five

Khayla dan Sam berjalan dengan terburu-buru menelusuri lorong-lorong Villa.

“Hey!” Suara dari kejauhan memanggil

Abaddon, dia menyekap Aly.
“Wo-Wo, not so fast tigers. Kalian nggak mau kan kalau gadis ini mati dengan sadis.”
“What do you want?”
“You know what I want, Sam winchester. And some awkward girl.”
“Nice meat suit, btw.” Ejek Sam

Khayla dan Sam mencoba mendekati Abaddon.

“A-ah, satu langkah lagi, kau akan melihat gadis ini bercucuran darah. So, It’s been a long time, sejak kau membakar tubuhku, Sam. Kau memang bukan anak yang penurut ya, Sammy.”
“I’m wondering why you need some Souls? Untuk hidup? Wow, teryata Knight Of Hell bisa lemah juga.” Ejek Sam

Abaddon mengiris wajah Aly dengan pisau

“A-a-au.” Rintihan Aly sambil mengeluarkan air mata.
“Kau tidak perlu tahu.” Jawab Abaddon dengan secercah amarah

Tiba-tiba Dean datang dari belakang Abaddon dan menusuknya dengan Pisau Ruby.
“Ahk!” Jerit Abaddon

Aly pun lari kearah Khayla dan Sam. Dean berusaha untuk menusuk Abaddon lagi, tapi Abaddon melemparnya kearah Sam dan Khayla, dan kemudian melarikan diri.

“Dean, are you okay?” Tanya Sam
“I’m fine, C’mon we need to find her!”
“Khayla jaga dia, okay!” Ucap Sam
“Okay.”

Sam dan Dean pun berlari mencoba mengejar Abaddon, dan pada akhirnya mereka menemukannya.
Di Aula acara, semua orang memandangi Sam dan Dean.

“Apa yang terjadi kepada semua orang ini?” Tanya Sam heran
“Aku juga tidak tahu.”

Sam dan Dean terkejut melihat keberadaan Abaddon didepan semua orang ini.

“Well, bagaimana? Apa kalian suka dengan semua boneka ku ini?” Ejek Abaddon
“Kau yang membuat semua orang disini menjadi seperti ini?” Tanya Dean kesal
“Yeah, mereka adalah bagian dari diriku, jadi tidak begitu susah untuk mengendalikan mereka.”
“Souls...” Bisik Sam

Abaddon berjalan mendekati Sam dan Dean

“Lihat, semua keindahan ini.”
“Apanya yang indah, hancur iya.” Bisik Dean
“Bayangkan, jika aku mendapatkan lebih, dan lebih banyak Souls, aku akan bisa mengendalikan semua umat manusia.”
“What? Oh, jadi, kau membutuhkan Souls untuk ini? Kau ingin menguasai dunia? Aku tidak yakin dengan itu.” Jawab Sam
“Kenapa tidak? Karena aku seorang Knight Of Hell ‘kah? Aku tidak perduli.”
“Mungkin, karena sekarang Metatron sudah mengambil alih Surga, Dia Archangel dan aku tidak yakin kau bisa mengalahkannya.” Ejek Sam
“Metatron ‘huh? I didn’t care. Dengan semua Souls yanga akan aku miliki, aku pasti akan menang. Souls, bawa mereka berdua kemari.”

Para Souls yang berada dibawah kendali Abaddon berusaha untuk menyeret Sam dan Dean.

“Sekarang saatnya, kalian berdua menjadi bagian dari diriku.”
“What? Ieuh, disgusting.” Ejek Dean

Abaddon berusaha untuk mengambil Jiwa Sam dan Dean
Tapi tiba-tiba, sebuah panah menancap tubuh Abaddon.
Khayla datang, Abaddon terjatuh dan dilanda kesakitan yang luar biasa.

“Akh! NO!” Jerit dan rintih Abaddon
“HEH, I’LL BE BACK, AND WHEN IT’S HAPPEN, I WILL LIKE TO EAT ALL OF YOU ALIVE! Akh!”

Asap hitampun keluar dari tubuh palsu Abaddon, semua orang yang berada di Aula Acara yang dirasuki oleh Souls terjatuh dan pingsan. Kali ini, sekali lagi Abaddon berhasil kabur.
Khayla berlari ke arah Sam dan Dean, membantu mereka berdiri.
Dan Camael pun tiba-tiba muncul.
Suara kepakan sayap terdengar.

“Dari mana saja kau? Kita hampir mendapatkannya.” Tanya Sam kecewa
“Maafkan aku, aku sudah mencoba agar dapat segera mencari kalian, tapi untuk membebaskan Souls yang terperangkap disini itu tidak semudah yang kubayangkan, mereka terlalu banyak.” Jawab Camael
“It’s okay, sudah bisa membebaskan Souls yang terperangkap saja, seharusnya kita bersyukur. Trims, Camael.” Ucap Khayla sambil tersenyum.
“So, sehabis ini apa yang akan kau lakukan?” Tanya Dean kepada Camael
“Aku akan tetap mencari tahu diman keberadaan The Warrior Of God, dan tentu saja, Castiel.”
“Okay.” Lanjut Dean.
“Lalu apa yang harus kita lakukan dengan orang-orang ini?” Tanya Khayla

Camael mengeluarkan kekuatannya, berusaha untuk memulihkan keadaan seperti semula, dan tentu saja, membuat mereka lupa akan apa yang terjadi sebelumnya.
Camael akhirnya selesai, ia kemudian pergi untuk melanjutkan pencariaanya.

“So, that thing, ghost, demon, even Angel, They’re real?” Tanya Aly
“Of course they’re real, very. They’re not just some stupid fanfiction!” Jawab Sam kesal
“Hmm,” Khayla mengingatkan
“Sorry.”
“Hm, apa semuanya akan baik-baik saja setelah ini?” Tanya Aly dengan secercah nada ketakutan
“Kau bisa tenang, Kami telah memastikan bahwa kalian semua akan aman setelah ini.” Balas Sam
“Jadi, apakah mereka semua akan ingat dengan apa yang terjadi sebelumnya?” Tanya Aly
“Well, demi kebaikan, kami harap tidak.” Jawab Sam
“So, thank you for saving my life. And for everything.”
“Don’t mention it.” Balas Khayla
“Jadi, kamu bukan benar-benar murid disini?” Tanya Aly kepada Khayla sambil tersenyum lebar
“Hm, No.” Jawabnya sambil membalas Senyuman Aly
“Well, sayang sekali, padahal kamu itu termaksud teman yang keren juga.”
“Hehe, thanks. Oh, iya, bagaimana keadaanmu?”
“Hm, lukaku akan sembuh, disamping itu , aku baik-baik saja. Lagi pula ini bukan hari ulangtahun yang buruk juga, A Very Not Special Night mungkin lebih tepatnya? hehe.” Jawab Aly sambil tersenyum malu-malu.
“Ini hari ulangtahun kamu?” Tanya Khayla penasaran
“Yah, aku baru saja mengucapkannya.” Balas Aly
“Happy Birthday, Aly.” Ucap Sam
“Selamat ulangtahun, Aly.” Sambil memeluk Aly
“Maaf, aku nggak bisa ngasih hadiah apa-apa.” Ucap Khayla
“Gak apa-apa lagi. Kalian kan sudah menyelamatkan nyawa aku, kalau bukan karena kalian, aku juga gak akan ada disini, dan masih bisa bernafas melanjutkan hidup. Ini hadiah yang setimpal. Terimakasih.” Aly pun pergi

Sam dan Khayla pun pergi meninggalkan Aly. Berjalan keluar menuju Mobil.

“Hm, So, You’ve been on school before?” Tanya Sam penasaran
“Before Hunting? Yes. After Hunting? No.” Jawab Khayla tanpa ragu-ragu
“Then why you stop?”
“Hm, aku memang senang belajar. Tapi aku nggak sepintar yang kamu fikir.”
“Well, Everyone can try to change their life. Everybody has a chance.”
“I didn’t know. It just, really hard to me, to learning ‘something’ that I shouldn’t have to. I didn’t know why, but, I think, I just didn’t belong there. It’s not what am I.”
“Yeah, Everybody has their reasons. Whatever it is, It’s for the best. There is no human that wanna some terrible things, happen in their life.” Balas Sam
“Yes, it is.”
“Hey, Kalian! Ayo kita pulang, Aku sudah ngantuk berat nih! Nanti lama-lam aku bisa “The End” lagi. Ayo, Cepat! Jangan jadi kaya siput deh, Lamanya setengah mampus. Ayo! Jangan sampai aku harus minum baygon nih!” Teriak Dean dari dalam mobilnya.
“Aku rasa, selanjutnya kita akan terus mendapatkan musuh baru.” Ujar Sam
“Yeah, and what we gonna do is, Always kicking in the ass like we always do, right, Sammy?” Lanjut Khayla
“Stop it.” Sam tertawa bersama Khayla
“Hehehe.”

Matahari kembali terbit, hari baru dimulai. Pancaran sinar hangatnya membuat setiap orang merasa nyaman, dan tidak ingin hal ini berakhir dengan cepat. Tapi inilah hidup, disetiap awal pasti ada akhir. Disetiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Hidup itu menurut saya, mungkin, “Jangan sesali apa yang sudah kalian perbuat hari ini, Tapi sesali apa yang belum kalian perbuat sampai hari ini.” So, yang terbaik itu berawal dari “Nothing” to be “Something” ya ‘kan? Jadi, selalu ingat, untuk lakukan yang terbaik yang paling baik yang bisa kalian lakukan.
Angin pagi menusuk tajam kedalam kulitku, Rasa dingin menghantui pikiranku. Saatnya untuk istirahat beberapa jam dan memulai kembali kasus dihidup ini yang tidak akan pernah ada ujungnya.

Kecuali, Kecuali, Kita hancurkan penulis ceritanya, tentu saja.
Apakah seseorang bisa memberitahuku, bagaimana aku bisa mengakhiri cerita ini?
“Kill the Creators!” Abaddon muncul secara tiba-tiba
“Kill the Actors!” Leviathan nyambung-nyambung
“Kill the Writers!” Souls menyusuli
“Kill the Winchesters!” Metatron muncul tiba-tiba

“Anda ngapain disini?” Tanya Dean kesal karena tidurnya diganggu
“Ups, sorry. Salah scene.” Metatron Kabur mendadak
“Udeh-udeh pada pulang, Tired bngt nih sayanya. Bubar-bubar! Udah kaya peserta antrian sembako aja, Datang tak dijemput pulang tak diantar.” Dean marah-marah
“Itu namanya Jelangkung, mas.” Leviathan Muncul tiba-tiba
“Whatever, I don’t care.” Dean kembali melanjutkan ‘Sleeping Beauty’-Nya

                
#NowPlaying Katrina And The Waves – Walking On Sunshine

...To Be Continued...

more info!

Add me on Facebook: http://facebook.com//junitahkurniawati (Kurniawati Junita)
Follow us on Twitter: @Junita_K @Khayla_Anan #SupernaturalFanfic
my Youtube: Kurniawati Junita

note: If there is some mistakes from any words, or story, Please understandable. Thank you, for reading this short-fanfic. Have A Nice Day!

CAST
JARED PADALECKI as Sam Winchester

JENSEN ACKLES as Dean Winchester

DEMI LOVATO as Khayla Anan

NICHOLAS HOULT as Camael

 
LILY COLLINS as Alicia "Aly" Michels

MEGAN PARK as Abaddon


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUPERNATURAL-FANFIC Part 6 "Anything is Possible."

SUPERNATURAL-FANFIC Part 2 "My Mother, Is My Monster?"