SUPERNATURAL-FANFIC Part 4 "Almost Home"





SUPERNATURAL-FANFIC
(Part 4) 

“Almost Home”
Written by: Junita K
Created Date: June 17th, 2013
Air Date: June 18th, 2013

One Year Ago
Santa Fe, New Mexico

Disuatu rumah, sebuah keluarga sedang mengadakan acara makan malam. Terdiri dari, seorang anak perempuan berusia 17tahun yang bernama Angela, seorang anak laki-laki berusia 7tahun yang bernama Ryan, dan Ayah mereka James serta Ibu mereka Amy Cambrine.

“Ayah, apakah setelah ini kita akan pindah lagi?” Tanya Ryan sambil memegang Garpunya.
“Iya, Ryan. Kita harus pindah, karena pekerjaan Ayah. Lagi pula rumah Grandma kan ‘menyenangkan’ Jadi kamu tidak perlu khawatir ya?” Jawab Mr. James sambil menyunggingkan senyumannya.
“Lagi pula, setelah ini kita akan banyak menghabiskan waktu dengan bermain dirumah Grandma ya ‘kan?” Lanjut Mrs. Amy
“Iya, Dirumah Grandma kan banyak hal-hal yang menyenangkan, dan kamu pasti gak akan bosan deh Ryan, serius.” Jawab Angela sambil tertawa kecil.
“Tapi aku kan sudah betah disini, Lagi pula aku juga sudah mempunyai sahabat dekat dirumah ini.” Jawab Ryan sambil merundukan kepalanya.
“Sahabat dekat? Siapa itu, Ryan?” Tanya Mrs. Amy penasaran

Tiba-tiba sebuah keanehan terjadi, Meja dan semua benda menjadi bergetar, Gempa dahsyat terjadi.

“Gempa bumi! Berlindung.” Seru Mr. James
Semua orang berlindung dibawah meja, kecuali Ryan.

“Ryan, kemari nak. Ayo, berlindung.” Panggil Mrs. Amy
“...Itu, Itu mereka Ibu.” Seru Ryan sambil berdiri dan tersenyum.
“Mereka?” Tanya Mr. James
“Itu Ania, Lupe dan Achus. Mereka semua sahabatku.” Jawab Ryan
Kemudian tiba-tiba Gempa tersebut berhenti.
“Apa kalian semua baik-baik saja?” Tanya Mr. James dengan nada Khawatir
“Iya.” Jawab Angela dengan Nada ketakutan

Mrs. Amy keluar dari bawah meja lalu menghampiri Ryan
“Ryan? ‘Nak? Kamu tidak apa-apa ‘kan? Kenapa kamu tidak bersembunyi, sayang?” Tanya Mrs. Amy dengan nada khawatir
“Aku tidak takut, Ibu.” Jawab Ryan dengan nada santai
“Tidak takut?” Tanya Mrs. Amy heran
“...Karena mereka selalu menemaniku.” Jawab Ryan sambil menyunggingkan senyuman lebarnya.

Kemudian sesosok bayangan besar muncul, Mrs. Amy melihat dengan tatapan kengerian dimatanya, Mr. James dan Angela hanya bisa terdiam ditempat mereka dibawah meja samnil melihat langkah besar sesosok bayangan itu bergerak. Ryan tetap ditempatnya melihat, sambil tersenyum, Mrs. Amy lama-kelamaan mulai menjauh dari tempat Ryan, dan sesosok bayangan besar itupun mulai mendekati.

“Akh!” Suara teriakan Mrs. Amy mulai terdengar, kemudian disusul dengan suara teriakan Angela dan Mr. James.

Darah bercucuran keluar dari tubuh kaku yang tergeletak dilantai, warna merah kental menghiasi seluruh ruangan. Ryan menghilang. Kesunyian mulai berkumandang. Burung hantu bernyanyi, Anjing menghampiri, dan Jangkrik terdiam.

Chapter One

Now
Santa Fe, New Mexico

“Sebenarnya ngapain sih kita kesini?” Tanya Khayla dengan nada kesal
“Ask Dean.” Jawab Sam sambil tetap pada Laptop-Nya

Khayla melihat Dean, yang sedang asyik-asyiknya menyantap Burger favoritenya. Dengan muka yang ditekuk, Ekspresi yang kesal, Khayla mulai menunjukan “Kata-Kata”nya melalui Wajah dan Ekspresi.

“Kamu ini sebenarnya kesini mau ngapain sih? Butuh berjam-jam untuk kesini tau, mungkin berhari-hari (I’ve lost my count), dan untuk apa coba? Makan burger? Say it, and I’ll kill you, your child, and your Grand Grand child, if that really necessary. So?”
Dean menatap Khayla, tahu akan apa maksudnya melihat dengan Ekspresi yang benar-benar aneh seperti itu menurutnya. Dean berhenti mengunyah, Kenikmatannya menghilang dalam sekejap. Sam mulai memperhatikan, dan akhirnya Dean menaruh Burger kesayangannya yang sudah setengah ‘habis’ diam tergeletak dimeja.

“Find!” Ucap Dean dengan nada kesal setengah ‘mati’
“So?” Lanjut Sam dengan nada takut, berjaga-jaga agar tidak terjadi pertempuran tiba-tiba antara Khayla dan Dean
“Yeah, Dean. So? Say it and I won’t kill you.” Tantang Khayla sambil menatap Dean kesal
 “Okay, Guys, Stop.” Potong Sam
“So, Dean, What’s next?” Tanya Khayla dengan nada jenuhnya
“Kamu kenapa ‘sih? Nggak bisa ngelihat orang senang sebentar aja?” Jawab Dean dengan nada kesal tingkat C
(cacing kepanasan)
 
“Ya, karna aku senang melihat orang menderita.” Balas Khayla
“...And what you’ve got?” Dean Bertanya kepada Sam
“Well, sejauh ini, I’ve got nothing.” Jawab Sam santai
“See, Dean. We’ve got nothing!” Balas Khayla dengan nada yang ingin meledak-ledak
“W-W-Wait, itu bukan kabar buruk juga ‘kok. At least, everybody’s alright, nggak ada yg akan terluka, dan kita juga bisa refleksi ‘jalan-jalan’ merenggangkan fikiran untuk sementara.” Sambung Sam dengan nada menyakinkan

Dean melihat Khayla dengan ekspresi ‘See, I’ve told you, We’ll be ...” Lalu terputus setelah melihat ekspresi wajah Khayla yang garang dan lalu menunduk, melihat kearah lain.

“Well, ini bukan hari yang buruk juga.” Lanjut Dean sambil menyunggingkan senyuman ‘hehehe’-Nya
“Find, I’ll be in touch.” Balas Khayla sambil berdiri, bersiap untuk pergi.
“Where are you going?” Tanya Sam heran
“Jalan-jalan, nyari udara segar.” Jawab Khayla ketus
“Emangnya kamu tahu wilayah ini?” Ejek Dean
“Tinggal pakai GPS aja kok repot.” Khayla pergi meninggalkan Sam dan Dean
“Wow, she’s...” Ucap Sam
“Menyeramkan.” Lanjut Dean
“Mulai sekarang aku harus berhati-hati.” Dean berbicara pada dirinya sendiri.

Khayla berjalan menelusuri kerumunan, hingga tibalah ia disebuah perumahan yg bisa dibilang Klasik. Tidak terlalu ramai disini, tapi tempat ini cocok sekali untuk berlibur. Sejuk, aman dan tentram.
Khayla berhenti sejenak, melihat kearah dua orang pasangan yg sedang berjalan didepannya.

“Kamu hari ini mau makan apa, Victor? Apapun yg kamu minta pasti aku buatin.” Ucap Beatrice dengan bersemangat
“Apa saja juga boleh, yang penting kita makan malam tenang hari ini.” Balas Victor
“Masa kamu nggak ada makanan yang paling disuka ‘sih? ‘Kan sekarang kita sudah pindah, punya rumah baru, kita bisa memulai kehidupan yang bahagia dari awal.” Jawab Beatrice
“Heh, kamu bisa saja. Apapun yang kamu masak malam ini, pasti enak, karena masakan Istri aku kan yang paling juara.” Goda Victor
“Okay, malam ini aku akan masakin masakan yang paling enak.” Beatrice dan Victor pun bergegas jalan menuju kembali kerumah baru mereka. Dari kejauhan Khayla masih saja memandang mereka berdua.

Night

“Bagaimana makanannya, enak?” Tanya Beatrice
Victor mengangkat kedua ibu jarinya, menunjukan bahwa makanan yang dibuat Beatrice sangat enak.
“Hehe.”

Victor dan Beatrice tertidur lelap, malam dengan kesunyian menghampiri. Suara Burung hantu mulai terdengar. Gongongan Anjing mulai berkumandang. Jangkrik-jangkrik mulai bernyanyi.

“Beatrice, Beatrice.”
Suara bisikan menyelimuti Beatrice. Lama-kelamaan semakin mendekat.
“Beatrice, Beatrice, Run!”
Beatrice terbangun dari tidurnya, melihat kalau Victor masih pada tempatnya.
“Beatrice...”

Suara bisikan masih memanggil dari kejauhan. Beatrice bergegas bangun dari tempat tidurnya, mencoba mencari tahu sumber suara tersebut.
Langkah demi langkah, Beatrice ambil dengan hati-hati. Kegelapan menyelimuti ruangan. Untuk berjaga-jaga, Beatrice mengambil Iron (Besi) jikalau terjadi sesuatu yang tidak diiginkan, setidaknya dia sudah membawa sesuatu yg bisa menolongnya.
Beatrice berhenti. Langkahnya terhenti seketika, melihat sesosok bayangan perempuan. Dengan gaun yang sudah usang, compang-camping disana-sini, dan darah dimana-mana, rambut hitamnya yang tampak kusut dan tebal terlihat tampak jelas dimata.
Beatrice mengambil langkah pertamanya, berusaha untuk mendekati perempuan misterius itu dengan sangat hati-hati.
Tanpa sepengetahuannya, Perempuan itu secara tiba-tiba berbalik, melihat dengan penuh kearah Beatrice.

“Si-Siapa kamu? Sedang apa kamu disini?” Tanya Beatrice perlahan-lahan dengan nada takut
“Beatrice...” Serunya sambil mendekati Beatrice
“Bagaimana kamu bisa mengetahui namaku?” Tanya Beatrice
“Beatrice! Run!” Perempuan tersebut berteriak kearah Beatrice sambil berlari dan lalu menghilang begitu saja.

Beatrice tampak kaget. Wajahnya masih tetap tertuju pada tempat dimana perempuan misterius itu berdiri. Beatrice masih belum bisa bangun dari apa yang baru saja terjadi pada dirinya.
Beatrice berjalan, menaruh Iron ditempat semestinya lalu kemudia Ia mencuci mukanya lalu minum segelas air putih.
Beatrice kembali menuju kekamarnya.
Langkahnya terhenti kembali, melihat suaminya, Victor, dicekik oleh sesosok bayangan besar dihadapannya.

“Bea-trice, R-r-r-u-n-n...” Ucap Victor menahan kesakitan
“Oh my god, Victor!” Beatrice berusaha menahan tangisannya, dan lalu berlari keluar.

Tapi tentu saja dia tidak sempat, sesosok bayangan muncul kembali, lalu sesosok bayangan lagi. Tiga dari mereka, menahan Victor dan Beatrice. Beatrice berusaha untuk melepaskan diri tapi sia-sia.
Kemudia tiga sosok bayangan tsb berubah bentuk menjadi wujud manusia, tiga orang wanita cantik.

“Apapun yang kau lakukan, kau tidak akan bisa kabur dari sini.”
“Si-siapa kalian? Apa yang kalian inginkan dari kami?” Tanya Beatrice terengah-engah
“Kalian tidak perlu tahu siapa kami sebenarnya. Kalian boleh memanggil aku Ania. Ini adikku Lupe, dan Ini adik terkecilku Achus. Kami disini untuk kalian.” Jawab Ania
“Un-un-tuk ka-mi?” Tanya Beatrice masih dalam posisi dicekik oleh Achus
“Kami akan memakan kalian, dengan kata lain, kalian akan kami bunuh. Dan kalian akan mati.” Jelas Ania sambil memperlihatkan senyum jahat kemenangannya
“A-apa?”
“Lepaskan dia!” Seru Victor dari kejauhan
“Heh, tenang saja, kau akan jadi yang selanjutnya. Tunggu saja giliranmu, okay.”
“Lepaskan dia!” Teriak Victor kesakitan
“Victor...” Panggil Beatrice menahan rasa sakit sambil mengulurkan tangannya
“Beatrice...”
“Ow-Ow-Ow, romantis sekali, bahkan disaat-saat akhir hayat kalian, kalian masih bisa saling memikirkan satu sama lain. Tapi, maaf kami bukan Hedone dan Charites.” Ania berusaha untuk membuat Beatrice mati terlebih dahulu
“Help, Help, Help, me.” Teriak Beatrice
“No One’s can help you, sweatheart.” Ejek Achus

Kemudian tiba-tiba Khayla datang mendobrak pintu secara paksa, lalu berlari mencari Victor dan Beatrice.
Khayla mengeluarkan Bawang putih, Garam dan Air suci yang sudah dijadikan satu wadah.

In dolore et tristitia malo animo ferebat, ab hoc loco usque ad.” Khayla membaca sebuah mantra
“No way.” Ucap Ania
“Yes way!” Khayla melemparkan wadah tersebut kearah mereka. Dan alhasil mereka semua berteriak menjerit kesakitan dan lalu menghilang dengan kabut.
Victor tergeletak dilantai masih menahan rasa sakit, Beatrice terjatuh duduk dilantai dan masih dilanda rasa sakit.
“Are you okay?” Tanya Khayla menghampiri Beatrice dan mencoba membantunya berdiri
“Yeah, I’m fine, Thanks.” Beatrice menghampiri Victor dan mencoba menolongnya
“Kau baik-baik saja, Victor?” Tanya Beatrice gelisah
“Aku, tidak apa-apa, bagaimana denganmu?” Tanya Victor
Khayla mengeluarkan handphone-Nya, mencoba untuk menelefon Sam.
Tit-Tit-Tit
Hallo?” Tanya Sam
“Sam, bisakah kamu datang kemari sekarang?” Tanya Khayla

Chapter Two
 
Beatrice masih bersama dengan secangkir teh hangat ditangannya, Victor berada disampingnya. Dean masih berjalan mondar-mandir, dengan Sam disampingnya, berdiri. Khayla duduk dengan tampang ‘Masa Bodo’-Nya

“Dean, bisakah kau berhenti?” Ujar Sam
“Bagaimana kau bisa berada disini selarut malam ini, Khayla?” Tanya Dean dengan nada kesal sambil mendekati Khayla
“Aku...” Jawab Khayla
“Tahukan kamu, kami semalaman mencari kamu kesana-kemari, takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap kamu, dan sekarang, kamu disini, mereka, monster. Very great. Jelaskan!” Bentak Dean
“Aku cuma lagi nggak sengaja lewat, dan mendengar teriakan seseorang, jadi aku tolong.” Jawab Khayla singkat.
“Selarut ini? Bukan alasan yang cukup bagus.” Lanjut Dean dengan nada kesal
“Dean...” Ucap Sam
“Sam!” Potong Dean
“Dean.” Lanjut Sam

Dean berhenti, ia kembali duduk dan menenagkan diri sejenak.
“So, apa yang terjadi?” Tanya Sam kepada Khayla
“Seperti yang aku bilang, aku sedang kebetulan lewat...”
“Not a good liar.” Ejek Dean
“Okay, fine. You want the truth? This is the truth. Aku mengikuti mereka semenjak pertama kali aku melihat mereka berjalan dihadapanku.” Jawab Khayla dengan nada kesal
“Kau mengikuti kami?” Tanya Beatrice heran
“Kenapa kau mengikuti mereka?” Tanya Sam
“Um, karena, karena. Terkadang, aku bisa, Um, merasakan, seseorang, akan berada dalam bahaya.” Jawab Khayla terbata-bata
“Um, What?” Tanya Dean
“Kau mempunyai kekuatan? Kenapa kau tidak pernah bilang kepada kami?” Tanya Sam
“Well, aku nggak bisa bilang itu ‘Kekuatan’ karena itu mucul hanya pada waktu tertentu saja.” Jawab Khayla pasrah


“Semenjak kapan kau mengalami hal seperti itu?” Tanya Sam
“Sudah lama. Semenjak aku masih berumur 12 tahun.”
“Dan, apakah semua ‘Firasat’ mu selalu benar?” Tanya Dean
“Iya, Dan pada saat sedang berjala-jalan disekitar daerah ini, aku melihat mereka berdua, dan merasakan bahwa akan ada sesuatu yang buruk terjadi kepada mereka. Jadi, aku mengikuti mereka.” Jawab Khayla
“Kenapa kau tidak menelfon Aku dan Sam dan menjelaskan hal ini kepada kami?” Tanya Dean
“Mengapa kau tidak bilang kepada Kami sebelumnya soal ini? Mungkin kami masih bisa untuk mencegah akan hal ini terjadi?” Sambung Beatrice

“Well, pertama, maaf Sam, Dean, aku tidak langsung memberitahu kalian akan hal ini, aku hanya takut aku akan salah, karena aku sudah lama tidak mengalami hal ini, jadi aku masih ragu-ragu. Dan lalu untuk anda berdua, aku tahu pasti akan sulit untuk membuat kalian berdua percaya, jadi aku menunggu. Maafkan aku sekali lagi.” Jawab Khayla dengan nada lemas
“Yah, setidaknya kamu masih baik-baik saja.” Ucap Dean sambil kembali duduk
“Lalu, bagaimana kau bisa menyelamatkan mereka? Kau ‘kan tidak tahu tentang makhluk apa yg menyerang mereka?” Tanya Sam
“Well, aku tahu beberapa cara untuk mengusir ‘Makhluk Apa Saja’ sebut saja begitu.” Jawab Khayla
“Jadi, monsters are real?” Tanya Victor sambil mendekati Sam dab Dean
“Yeah, positif.” Jawab Dean


“Then, how do we kill it?” Tanya Victor
“We don’t know yet, tapi kita akan mencari tahu sebelumnya.” Jawab Sam
“Dan, Kalian adalah...?” Tanya Dean
“Oh, Um, Aku Beatrice Reeves, dan ini suamiku, Victor.” Jawab Beatrice
“Aku Dean Winchester dan Ini adikku Sam.”
“Panggil saja aku Khayla.” Lanjut Khayla
“Jadi, apakah kau tahu apa mereka ini?” Tanya Sam
“No,  I’m not sure yet.” Jawab Khayla

“Beatrice, apakah mereka memperkenalkan diri sebagai, atau nama, atau apapun yang mereka ucapkan yg tidak kau pahami? Apa saja.” Tanya Sam
“Um, mereka tidak bilang kalau mereka itu siapa, tapi mereka menyebutkan nama mereka. Ania, Lupe dan Achus.” Jawab Beatrice ragu-ragu
“Oh, iya dan mereka sempat menyebut nama Hedone dan Charites.” Lanjut Victor
“Okay, Kita akan melakukan research terlebih dahulu, dan mencari tahu about what we’re dealing with.” Sam membuka Laptop-Nya, Dean membuka John’s Journal dan Khayla membuka Notebook-Nya

Sekarang pukul 05.00 pagi, Dean, Sam dan Khayla masih terfokus pada pekerjaan mereka. Victor masih menjaga Beatrice yg terlelap dipangkuannya. Beatrice pun bangun.

“Hey...” Sapa Victor
“Victor, you didn’t sleep?” Tanya Beatrice
“Hm, Aku nggak ngantuk kok.” Lanjut Victor
“Kalian semua, juga nggak tidur?” Tanya Beatrice
“Aku dan Sam sudah istirahat sebelum kami kesini.” Jawab Dean
“Bagaimana dengan mu, Khayla? Kau mengikuti kami seharian, pasti kau belum tidur?”
“Jangan khawatir ‘kan aku, Aku akan tidur jika aku sudah mengantuk.” Jawab Khayla masih terfokus ke Notebook-Nya
“Find anything?” Tanya Dean
“Nope.” Jawab Khayla
“Nothing, Not yet.” Jawab Sam
“Um, I think I’m found something.” Sambung Khayla
“What is it?” Tanya Dean

“Satu tahun yang lalu, Rumah ini pernah ditempati oleh sebuah keluarga. “Cambrine” dan, Ow, Keluarga ini ditemukan meninggal dengan cara yang sadis, dan salah seorang anak laki-laki usia 7 tahun menghilang.”
“Jadi, sebelumnya ada Keluarga yang meninggal dirumah ini?” Tanya Beatrice dengan nada ngeri
“Hello, Boys.” Ucap Crowley muncul tiba-tiba
“Crowley?” Ucap Dean
“Crowley?” Ucap Sam
“Who is he?” Tanya Victor kaget
“It’s okay, He’s friend of us. Crowley, what are you doing in here?” Tanya Khayla
“Where did you come from? It’s been a days. Dan kamu baru muncul sekarang?” Tanya Sam
“Sorry, Boys. Bussy time. Aku kemari hanya ingin memberitahukan kalian sesuatu.” Jawab Crowley
“Memberitahu apa?” Tanya Khayla
“...About what you’re dealing with.” Lanjut Crowley
“Wait-What? How did you know...” Tanya Sam
“Everyone’s talking. So, langsung ke intinya saja yah. They call it The Algea or Algos or the Dolores. It’s
spirits of pain and suffering of both the mind and body. Mereka bukan ‘spirits’ biasa. Ada tiga orang dari mereka. Pertama, Ania. Brings grief, distress, sorrow and trouble. And the second, Lupe. Brings pain, grief and distress. And the last, Achus. Brings ache and anguish. Together, they’re can be more powerfull than you thought.” Jawab Crowley
“Wait, Greek mythology?” Tanya Victor
“Yes.” Jawab Crowley
“Well, then why they’re killing people?” Tanya Dean

“They’re need a power. Pain, adalah salah satu sumber kekuatan mereka. Dengan begitu mereka akan menjadi tidak terkalahkan.” Jawab Crowley
“Pain?” Tanya Beatrice
“Pain from their souls. Mereka akan menyerap habis semua Pain dari Souls mereka, dan menjadikan mereka kuat dan kuat setiap harinya.” Jawab Crowley
“Well, itu menjelaskan semua pembunuhan yang terjadi belakangan ini.” Sambung Khayla
“Um, Btw, I just remember something. Pada saat sebelum para Algea ini menyerang. Seseorang perempuan misterius menghampiriku. Dia terlihat seperti sudah meninggal, pucat dan pakaiannya berlumuran darah. Dia terus memanggil namaku, dan menyuruhku untuk pergi dari sini.” Lanjut Beatrice
“Well, maybe It’s explain everything.” Jawab Crowley


“What?” Tanya Dean
“Ketika semua orang yang telah dibunuh Algea mati, mereka akan berubah menjadi jiwa yang terperangkap disebuah tempat. Mungkin ada, satu cara yang dapat kita lakukan untuk menghentikan para Algea.” Jelas Crowley
“Apa itu?” Tanya Sam
“I’m not really sure but, lawan para Algea itu adalah Hedone si Dewi kesenangan dan Charites si Dewi sukacita. Jadi, mungkin, hanya Pure Spirit dengan kesenangan dan sukacita lah yang dapat mengalahkan mereka. Itu artinya, harus ada yang dikorbankan.” Jawab Crowley
“What? Maksudmu, cara satu-satunya untuk mengalahkan mereka adalah dengan mengorbankan seseorang? No way.” Jawab Dean
“But, Dean...” Ucap Sam

“No, Sam! Nobody’s sacrifice anyone. Dan kita akan tetap mencari cara lain yang tidak membunuh siapapun. Titik, nggak ada koma.” Dean keluar dari rumah Beatrice
“Apakah memang ada yang harus dikorbankan?” Tanya Beatrice
“Aku tidak tahu cara lainnya. But, guys, aku harap kalian secepatnya menghancurkan para Algea.” Jawab Crowley
“Memangnya kenapa?” Tanya Khayla
“Pain yang dibutuhkan para Algea berasal dari inti sari Souls. Dan kalian tahu apa maksudnya itu.” Jelas Crowley
“Abaddon.” Lanjut Sam
“Now what?” Tanya Khayla

Chapter Three

Khayla terdiam didalam tidurnya, Sam tetap berusaha untuk mencari cara lain, Dean tetap pada Bukunya. Beatrice berada didalam kamarnya. Victor duduk diam diruang tamu.

“Guys, maybe, Aku menemukan cara lain.” Crowley muncul tiba-tiba memecah keheningan
“Apa itu?” Tanya Dean menutup bukunya
“Dengan ini.” Mengeluarkan sebuah pasak kayu
“Apa itu?” Tanya Victor
“Ini pasak, yang terbuat dari kayu yang bercampur dengan air mata Hedone dan Charites. Tancapkan ini di hati Ania, dan akan berpengaruh terhadap Lupe dan Achus.” Jelas Crowley
“Bagaimana cara kau mendapatkan benda ini?” Tanya Victor
“Aku punya kenalan yang tahu banyak akan ‘hal-hal’ ini, Jadi tidak terlalu sulit untukku menemukan benda ini.” Jawab Crowley
“Okay, Good, So what’s the plan?” Tanya Dean

Malam hari pun tiba. Kediaman Reeves terlihat sunyi dan dingin. Tidak terlihat tanda-tanda akan adanya kehidupan.

“Bagaiman dengan Khayla?” Tanya Sam
“Aman, bersama dengan Beatrice.” Jawab Dean


“Kau tahu kan, Dean, setelah ini, dia pasti akan langsung meremukanmu tanpa ampun, karena tidak mengajaknya dalam 'Misi' ini?” Ejek Sam
“I know, dan untuk itu, aku sudah menyiapkan beberapa perlindungan, So." Jawab Dean ragu-ragu
“Sabar ya, Dean.” Sam mencoba menghibur sambil menepuk-nepuk pundak Dean
“Selalu.” Jawab Dean pasrah sambil menunjukkan ekspresi muka yang ingin menangis
“Okay, then. C'mon.” Lanjut sam

Dean dan Sam masuk secara diam-diam kedalam kediaman Reeves, dan mencoba bersembunyi. Kemudian para Algea pun datang, menghancurkan pintu depan.

“Well, Well, sepertinya aku mencium bau mangsa yang lainnya. Hm, tercium seperti familiar.” Ucap Ania

Ania menghancurkan tempat persembunyian Sam dan Dean, dan Sam dan Dean pun terhempas cukup jauh.

“Well-Well. The Famous Winchesters. It’s a good to see both of you still alive.” Ejek Ania
“Sam?” Panggil Dean
“Dean?” Panggil Sam
Lupe dan Achus bergegas untuk menangkap dan membawa Sam dan Dean kehadapan Ania.
“Now tell me, where’s the Reeves?” Tanya Ania
“Kau tidak akan bisa menemukan mereka.” Ejek Dean


Ania mencekik Dean
“Where’s the Reeves?” Paksa Ania
“Why the Reeves ‘huh? Kalian bisa memakan kami jika kalian mau.” Tantang Dean
“Heh, dengan senang hati. Tapi kalian bukan tipe kami.” Jawab Ania kesal
“Why? Well, let me guess. Karena the Reeves sedang dalam kesenangan dan sukacita, atau lebih tepatnya Cinta. Rasa sakit merekalah yang akan membuat kalian bertambah kuat ya ‘kan?” Tebak Sam
“Well, Sam, kau memang lebih pintar tepat seperti dugaan ku, Now tell me, where’s the Reeves and I won’t kill both of you.” Ancam Ania
“You can’t kill us, the only one that you can eat is the one that in Love, right?” Gertak Sam
“Okay, then, Jika kau memaksa...” Ania mencoba untuk memakan ‘Pain’ Sam

Tiba-tib Beatrice datang membawa pasak kayu.
“Wah-Wah, Kau pemberani juga Nona. Datang kemari sendirian.” Ucap Ania
“Lepaskan mereka!” Balas Beatrice
“Atau apa? Kau akan membunuh kami? Hahaha, Coba saja.” Ejek Ania


Beatrice mencoba untuk mendekati Ania, Lupe dan Achus
“Tangkap dan bunuh dia.” Perintah Ania
“No!” Ucap Sam


Lupe membawa Beatrice kehadapan Ania, lalu Achus mengeluarkan jantung Beatrice dari tubuhnya.
“No!” Ucap Dean
“Now, Kau akan mati. Nikmatilah, masa-masa detik terakhirmu.” Ejek Ania

Beatrice mencoba meraih dan mengambil Pasak Kayu tsb, lalu menancapkannya di Hati Ania.
Ania tertancap, Darah bercucuran, Lupe dan Achus mulai menghilang menjadi pasir, lalu disusul Ania.

Lalu Victor dan Khayla pun datang, Victor yang kaget karena melihat Beatrice yang tergeletak dilantai mengeluarkan darah yag banyak, langsung berlari dan memegang Beatrice. Menemani Beatrice di detik-detik terakhirnya sambil mengeluarkan air mata, memegang wajah Victor dan mengatakan “We’re, Almost home.”

Khayla membantu Sam dan Dean, lalu menyaksikan perjuangan terakhir Beatrice. Samgat mustahil dapat bertahan hidup beberapa detik setelah jantungnya yang masih berdetak dikeluarkan hidup-hidup. Tapi Beatrice masih saja bisa menggerakan anggota tubuhnya.
Victor menatap Beatrice dengan air mata yang berjatuhan, merasakan saat-saat terakhir hidup Beatrice, ditangannya.  Ini saat terakhir dimana Ia bisa melihat wajah berseri Beatrice bersinar. Beatrice tidak banyak berkata, karena memang dia tidak akan bisa berkata-kata lagi. Beatrice hanya bisa tersenyum sambil memegang tangan Victor dengan erat.

Senyum Beatrice pun lenyap, Genggaman hangat kuat penuh darah berubah menjadi, Tangan dingin penuh dengan benda lengket disekitarnya. Victor menangis, menjatuhkan setiap tetesan airmata penyesalan dan cinta diatas wajah putih pucat Beatrice. Sam, Dean dan Khayla hanya bisa terdiam, beku, terpaku dibumi, berdiri tanpa bisa melakukan sesuatu, ataupun berkata sesuatu. Kesunyian ini hanya terisi dengan suara dan hujanan air mata Victor yang ditunjukan untuk Beatrice-Nya yang tercinta.

Crowley, datang. Kini tubuh Beatrice sudah terbalut rapih oleh kain putih didalam ambulan. Polisi bertebaran dimana-mana.

“Beatrice, dia yang memilih ini semua. Dia rela mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan kita, dan aku tidak akan marah karena itu. Sekali lagi, terima kasih telah menyelamatkan hidup kami.” Ucap Victor
“Maafkan kami, Victor. Kami tidak bisa menyelamatkan Beatrice.” Balas Sam
“Dan maafkan aku karena telah menyembunyikan rahasia ini. Beatrice yg memilih dirinya agar dikorbankan untuk menghentikan para Algea dengan pasak kayu itu. Pasak kayu itu hanya bisa digunakan oleh Pure Spirits yang sedang berada ‘dalam Cinta’ dan Beatrice bersedia melakukannya.” Jelas Crowley
“Apapun keputusan Beatrice, aku akan menerimanya.”
“So, what’re you gonna do next?” Tanya Khayla
“Melanjutkan hidupku, tentu saja.” Jawab Victor
“Okay, take care of yourself. Beatrice will be proud of you.” Lanjut Dean
“Thank you.” Jawab Victor

Lalu Crowley pun berpamitan kepada Sam, Dean dan Khayla untuk pergi dan berjanji akan kembali dan datang secepatnya kepada mereka jika mereka membutuhkannya. Sam, Dean dan Khayla pergi meninggalkan Victor. Melanjutkan perjalanan mereka.
Victor berada didepan rumah mereka, or ‘Was’ lalu membuka sebuah surat peninggalan Beatrice yang selalu diberikannya kepada Victor jika Beatrice ingin pergi jauh.

“There’s no more WE, now it is just YOU and ME.


It has been so long, but I can still feel you here next to me. I can feel your touch. I can see your face. I can hear you talking. And I miss it all. You were my life, and now I am but an empty shell, waiting for you to come back to me.


 If I can, I will not leave you, as long I as I do I will not give up, as long as I breathe I will not let you go.  Im not owning you but that’s how I love, I will fight if I know there’s still a chance.


Sometimes You Need to Shut Up and accept you’re wrong. It’s not giving up, It’s part of growing up.


Thank You for making me laugh, for making my day brighter and happier and lighter by just seeing you. Making my life worth living, and I'm happy sharing my life with you.


I Love You, and you know that.”

Victor hanya bisa tersenyum sambil menahan air matanya terjatuh.
Victor, melihat sesosok perempuan muncul diantara keremunan orang-orang disini. Itu Beatrice, menggunakan Gaun Putih cantik, dengan bunga mawar merah ditangannya. Victor mengucapkan sesuatu didalam benaknya
“We’re almost there, honey. We’re almost home.”
Sambil menyunggingkan senyuman manisnya, Beatrice pun menghilang. Victor menghapus airmata nya, dan kembali bergerak, berjalan melewati rintangan hidup, tanpa ada lagi Beatrice tercintanya.

Dari kejauhan sosok perempuan berbaju hitam menatapi kediaman Reeves yang sedang dikelilingi oleh kerumunan Polisi dan Ambulan.
Abaddon, kali ini rencananya gagal untuk yang kedua kalinya karena Winchesters dan gadis baru pengrusak rencana besarnya.

#NowPlaying Mariah Carey – Almost Home

...To Be Continued...
more info!

Add me on Facebook: http://facebook.com//junitahkurniawati (Kurniawati Junita)
Follow us on Twitter: @Junita_K @Khayla_Anan #SupernaturalFanfic
my Youtube: Kurniawati Junita

note: If there is some mistakes from any words, or story, Please understandable. Thank you, for reading this short-fanfic. Have A Nice Day!
CAST

JARED PADALECKI as Sam Winchester

JENSEN ACKLES as Dean Winchester
DEMI LOVATO as Khayla Anan

MARK SHEPPARD as Crowley
NOOMI RAPACE as Beatrice Reeves

COLLIN FARREL as Victor Reeves

ISABEL LUCAS as Ania "The Algea"
ALICE ENGLERT as Achus "The Algea"
JOANNA LEVESQUE as Lupe "The Algea"
TABRETT BETHELL as Abaddon (Cameo)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUPERNATURAL-FANFIC Part 3 "A Very Special Night With Super Unnatural."

SUPERNATURAL-FANFIC Part 6 "Anything is Possible."

SUPERNATURAL-FANFIC Part 2 "My Mother, Is My Monster?"